Rabu, 03 April 2013
Akhir Tragis Karir Idjon Djanbi,Bapak Kopassus TNI AD
Do you like this story?
MERDEKA.COM. Siapa pemilik akun facebook 'Idjon Djanbi'
yang menyebarkan analisa soal penyerangan Lapas Cebongan, belum
terungkap. Dalam notesnya, 'Idjon Djanbi' memaparkan temuan dan menuding
bukan Kopassus yang menembak mati empat tahanan itu, tetapi polisi.
Tentu kebenarannya masih harus diuji dan layak diperdebatkan.
Idjon
Djanbi asli adalah nama pemilik komandan pertama pasukan elite TNI AD
yang kini bernama Kopassus. Komandan Teritorium III Siliwangi Kolonel
Kawilarang meminta Mohammad Idjon Djanbi membangun pasukan komando.
Pasukan kecil yang tangguh dan mampu bertempur di segala medan.
Dulunya Idjon Djanbi bernama Kapten Rokus Bernandus Visser. Mantan komandan sekolah terjun payung Belanda. Dia anggota pasukan elite Belanda
yang akhirnya bersimpati pada perjuangan Indonesia. Visser kemudian
keluar dari tentara Belanda. Menikah dan masuk Islam. Dia mengganti
namanya menjadi Mohammad Idjon Djanbi dan menjadi petani bunga di
Lembang.
Ketika diminta kembali memimpin dan mendirikan Kesatuan Komando Teritorium III
tahun 1952, bukan perkara mudah. Tak ada sumber daya manusia, peralatan
dan dukungan dana. Tetapi pelan-pelan Idjon Djanbi mewujudkan sebuah
pasukan komando yang handal dengan cucuran keringat dan tetesan darah.
Ternyata
tak semua suka kepadanya. Walau sudah masuk Islam, menjadi warga negara
Indonesia dan menjadi perwira TNI, tetap saja Idjon dianggap sebagai
orang Belanda. Periode 1950an, sentimen itu memang tinggi. Apalagi Idjon
Djanbi diangkat menjadi Mayor. Pangkat yang cukup tinggi kala itu.
Desas-desus
Idjon Djanbi adalah mata-mata Belanda kerap dihembuskan sejumlah
perwira yang iri. Inisial MID, Mohammad Idjon Djanbi sering dikaitkan
dengan Militaire Inlichtingen Dienst, dinas intelijen militer Belanda.
"MID,
itu katanya singkatan dari intelijen Belanda. Sering ada bisik-bisik
itu dulu. Tapi saya tak percaya, banyak teman-teman juga tak percaya.
Kalau yang muda-muda memang banyak yang percaya lalu jadi berbeda
terhadap Pak Idjon," kata Nadi (86), seorang pensiunan pasukan elite
didikan Idjon saat berbincang dengan merdeka.com.
Soal tudingan mata-mata ini juga digambarkan dalam Dalam buku Inside Indonesia's Special Forces yang ditulis Ken Conboy.
Salah
satu perwira muda yang tak menyukai Idjon Djanbi adalah Letnan Benny
Moerdani (kelak Panglima ABRI), yang baru lulus sekolah jadi instruktur.
Benny mencurigai komandannya ini sebagai mata-mata. Tentu tak ada cukup
bukti untuk membuktikan itu.
Sejumlah orang yang tak suka pada
Idjon terus bergerak. Setelah Kesko TNI menjadi besar, keinginan mereka
untuk mendepak Idjon semakin kuat. Kesempatan itu datang tahun 1956,
Idjon digeser ke posisi yang tidak nyaman di pusat pelatihan.
Dia
tahu dirinya disingkirkan, Idjon marah. Harga dirinya sebagai perwira
terusik. Dia meminta keluar dari TNI dan dari kesatuan yang sangat
dicintainya. Padahal susah payah Idjon membangun pasukan komando
kebanggan Siliwangi itu benar-benar dari nol.
"Saya pribadi
yakin Pak Idjon bukan mata-mata Belanda. Dulu dia sudah memilih keluar
dri tentara Belanda dan memihak TNI. Dia juga sudah jadi petani bunga di
lembang ketika bertemu Pak Kawilarang," kata Nadi.
Idjon Djanbi
digantikan wakilnya, Mayor Djailani. Dia memilih bekerja di perkebunan
di sekiar Cianjur. Karirnya sebagai tentara dengan sederet prestasi
berakhir sudah.
Setelah pensiun, tak jelas kelanjutan berita soal
Idjon Djanbi. Begitu juga soal akhir hidupnya. Akhir karirnya tak
secemerlang pasukan yang kini dikenal sebagai salah satu pasukan elite
terbaik dunia..
This post was written by: Brenley Mars
Brenley is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
0 Responses to “Akhir Tragis Karir Idjon Djanbi,Bapak Kopassus TNI AD”
Posting Komentar